Warnet dan Kafe: Duet Tempat Nongkrong dan Makan Seru Anak Zaman Sekarang
Di tengah gempuran gaya hidup serba digital, parlay bola dan kafe menjelma jadi tempat nongkrong yang enggak cuma fungsional, tapi juga punya daya tarik tersendiri. Buat anak muda kekinian, dua tempat ini bukan sekadar tempat ngopi atau main game, tapi jadi “basecamp” untuk bersosialisasi, kerja tugas, bahkan healing tipis-tipis dari rutinitas.
Warnet zaman dulu mungkin identik dengan ruangan gelap dan penuh suara keyboard. Tapi sekarang, banyak warnet yang berubah jadi ruang gaming estetik dengan pencahayaan RGB, AC dingin, dan kursi gaming premium. Makanan dan minumannya pun nggak lagi sebatas mi instan atau teh botol. Beberapa warnet kini menyediakan menu seperti rice bowl, burger, bahkan kopi artisan. Ini yang bikin warnet kekinian mulai menyatu dengan budaya cafe. Gak heran kalau istilah “warnet hybrid cafe” makin sering terdengar.
Di sisi lain, cafe pun mulai melirik pasar gamer dan pelajar. Banyak cafe yang menyediakan colokan di setiap meja, koneksi Wi-Fi kencang, dan suasana cozy yang cocok buat belajar atau ngegame. Ada juga cafe yang menyediakan PC gaming atau konsol buat pengunjung, mirip konsep warnet tapi dengan suasana yang lebih tenang dan estetik. Bahkan beberapa cafe di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sudah menerapkan sistem reservasi untuk “gaming corner” mereka.
Soal menu makanan dan minuman, baik warnet maupun cafe berlomba-lomba menyajikan yang unik dan memikat. Menu seperti kopi susu gula aren, matcha latte, toast keju meleleh, dan chicken wings jadi andalan. Tapi beberapa tempat juga mulai berinovasi dengan menu khas lokal seperti seblak, nasi goreng tek-tek, hingga es kopi pandan yang viral di media sosial. Ini jadi bukti bahwa segmentasi pasar F&B di warnet dan cafe mulai melebur dan menciptakan tren baru.
Pengunjung warnet biasanya didominasi oleh gamer dan pelajar
Sedangkan cafe lebih banyak dikunjungi oleh mahasiswa, spaceman, dan pasangan muda. Namun, dengan semakin fleksibelnya konsep dua tempat ini, sekarang sudah banyak cafe yang menyediakan paket bundling seperti “kopi + waktu main 1 jam” atau “makan berat + diskon voucher game online”. Ini jadi strategi cerdas untuk menarik dua segmen pasar sekaligus.
Tidak bisa dipungkiri, pandemi sempat memukul keberadaan warnet dan cafe secara bersamaan. Tapi setelah itu, muncul semangat baru untuk menyatukan dua dunia ini dalam satu tempat yang nyaman dan multifungsi. Ada warnet yang menghadirkan barista profesional dan desain interior minimalis ala coffee shop. Sebaliknya, ada juga cafe yang memperkuat jaringan internetnya dan menyediakan PC rakitan dengan spek tinggi.
Fenomena ini juga mendorong komunitas tumbuh lebih sehat. Komunitas game punya tempat kumpul yang mendukung, lengkap dengan minuman enak dan tempat duduk nyaman. Komunitas pelajar dan mahasiswa juga bisa menikmati suasana cafe sambil mengerjakan tugas atau sekadar mengobrol santai. Bahkan, beberapa tempat sudah rutin mengadakan turnamen e-sports kecil-kecilan atau nonton bareng pertandingan game kompetitif seperti Valorant atau Dota 2.
Tren warnet dan cafe kekinian juga tidak lepas dari sentuhan media sosial
Banyak pengunjung yang datang karena melihat ulasan di TikTok, Instagram, atau YouTube. Karena itu, pemilik warnet-cafe kini juga memperhatikan desain ruangan, pencahayaan, dan plating makanan agar estetik dan “instagramable”. Promosi digital melalui konten kreatif terbukti bisa mendatangkan pengunjung baru setiap harinya.
Dengan terus berkembangnya gaya hidup digital dan kebutuhan akan ruang produktif yang santai, sinergi antara warnet dan cafe bisa jadi model bisnis masa depan yang menjanjikan. Tidak hanya menawarkan kenyamanan dan konektivitas, tetapi juga rasa, komunitas, dan pengalaman. Siapa sangka, tempat yang dulu cuma buat main game sekarang bisa jadi tempat brainstorming bisnis, meeting santai, atau sekadar menyendiri sambil ngopi.